Bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat – alat ucap, berdasarkan ktiteria tertentu dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1.
Bunyi
Vokal, Konsonan dan Semi Vokal
Bunyi vokal, Konsonan dan Semi Vokal
dibedakan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya, ( Abdul Chaer, 2009 : 32
). Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilakan dengan cara, setelah arus udara
keluar dari glotis (celah pita suara), lalu arus ujarannya hanya diganggu atau
diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut. Bunyi konsonan terjadi setelah arus
ujaran melewati pita suara diteruskan oleh rongga mulut dan mendapat hambatan
dari artikulator aktif dan pasif.
Sedangkan bunyi semi vokal adalah bunyi
yang proses pembentukannya mula – mula secara vokal lalu diakhiri secara
konsonan, bunyi ini hanya ada dua yaitu [w] dan [y].
2.
Bunyi
Oral dan Bunyi Nasal
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan
keluarnya arus ujaran.( Abdul Chaer, 2009 : 33 ). Bila arus ujaran ke luar
melalui rongga mulut maka disebut bunyi oral. Bila keluar dari melalui rongga
hidung disebut bunyi nasal.
3.
Bunyi
Bersuara dan Bunyi tak Bersuara
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan
ada tidaknya getaran pada pita suara sewaktu bunyi itu diproduksi. Bila pita
suara turut bergetar pada proses pembunyian itu, maka disebut bunyi bersuara.
Bila pita suara tidak bergetar disebut bunyi tak bersuara. ( Abdul Chaer, 2009
: 33 )
4.
Bunyi
Keras dan Bunyi Lunak
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan
ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi ini diartikulasikan.
Sebuah bunyi disebut keras ( fortis ) apabila terjadi karenan pernafasan yang
kuat dan otot tegang. Bunyi [t], [k], dan [s]. sebaliknya sebuah bunyi disebut
lunak (lenis) apabila terjadi karena pernafasan lembut dan otot kendur. Bunyi
[d], [g] dan [z]. (Abdul Chaer,2009: 34)
5.
Bunyi
Panjang dan Bunyi Pendek
Pembedaan
kedua bunyi ini didasarkan pada lama dan tidaknya bunyi itu diartikulasikan.
Baik bunyi vokal maupun konsonan dapat dibagi atas bunyi pajang dan bunyi
pendek. Biasanya terdapat pada bahasa arab dan latin. ( Abdul Chaer, 2009 : 34
)
6.
Bunyi
Tunggal dan Bunyi Rangkap
Pembedaan
ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi yang tidak sama sebagai satu
kesatuan dalam sebuah silabel ( suku kata ). Bunyi rangkap vokal disebut
diftong dan bunyi tunggal vokal disebut monoftong. Bunyi rangkap konsonan
disebut kluster. ( Abdul Chaer, 2009 : 34 )
7.
Bunyi
Nyaring dan tak Nyaring
Pembedaan
kedua bunyi ini berdasarkan derajat kenyaringan ( sonoritas ) bunyi – bunyi itu
yang ditentukan oleh besar kecilnya ruangan resonansi pada waktu bunyi itu
diujarkan. Bunyi vokal pada umumnya mempunyai sonoritas yang lebih tinggi
daripada bunyi konsonan. Oleh karena itu, setiap bunyi vokal menjadi puncak
kenyaringan setiap silabel. ( Abdul Chaer, 2009 : 34 )
8.
Bunyi
Egresif dan Bunyi Ingresif
Pembedaan
kedua bunyi ini berdasarkan dari mana datangnya arus udara dalam pembentukan
bunyi itu. Kalau arus udara datang dari dalam ( seperti dari paru – paru ),
maka bunyi itu disebut bunyi egresif, bila datangnuya dari luar disebut bunyi
ingresif. ( Abdul Chaer, 2009 : 35 ).
9.
Bunyi
Segmental dan Suprasegmental
Pembedaan
kedua bunyi ini berdasarkan pada, dapat tidaknya bunyi itu disegmentasikan.
Bunyi yang dapat disegmentasikan , seperti semua bunyi vokal dan konsonan
adalah bunyi segmental. Sedangkat bunyi atau unsur yang tidak bisa
disegmentasikan yang menyertai bunyi segmental itu, seperti tekanan, nada, jeda
dan durasi ( pemanjangan ) disebut bunyi atau unsur suprasegmental. ( Abdul
Chaer, 2009 : 35 ).
10.
Bunyi
Utama dan Bunyi Sertaan
Dalam
pertuturan bunyi – bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri – sendiri, malainkan
saling pengaruh – mempengaruhi baik dari bunyi yang ada sebelumnya maupun dari
bunyi sesudahnya. Begitulah ketika sebuah bunyi diartikulasikan, maka akibat
dari pengaruh bunyi berikutnya terjadi pulalah artikulasi lain yang disebut
artikulasi sertaan atau artikulasi skunder.
Maka, pembedaan adanya bunyi utama dan bunyi
seretan ini didaserkan pada adanya proses artikulasi pertama, artikulasi utama atau artikulasi primer dan
adanya artikulasi sertaan. Bunyi – bunyi sertaan disebut juga bunyi pengiring
yang muncul, antara lain, akibat adanya proses artikulasi sertaan yang disebut
:
a. Labialisasi,
bunyi sertaan [w]. Contoh <Twujuan>.
b. Palatalisasi,
bunyi sertaan [y]. Contoh <Piara> - <Pyara>.
c. Velarisasi,
bunyi sertaan [x]. Contoh <Makhluk> - <Mxaxluk>.
d. Retrofleksi,
bunyi sertaan [r]. Contoh <Kertas> - <Krertas>.
e. Glotalisasi,
bunyi sertaan [?]. Contoh <Akan> - <A?kan>.
f. Aspirasi,
bunyi sertaan [h].Contoh <Peace> - <Pheace>.
Dalam bahasa inggris.
Nasallisasi, bunyi
sertaan [m] dan [k] . terjadi pada kosonan hambat
bersuara [b], [d] dan [g] sehingga menjadi [mb], [md] dan
[kg]. dan banyak lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar